Pages

Jumat, 02 Juni 2017

NICE HOMEWORK #3 - MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH


Bismillahirrohmaanirrohiim...

Pada pekan ketiga ini Alhamdulillah saya berhasil menyelesaikan Nice Homework Institut Ibu Profesional yang diberikan. Jika dilihat semakin lama, materi yang diberikan dan tugas yang diberikan semakin mendalam. Kita dituntut menyelami diri dan keluarga kita sendiri, menceritakan tentang aliran rasa yang kita alami dalam keluarga. Buat saya ini tidak mudah, akan tetapi saya bertekad untuk dapat menyelesaikan setiap tantangan yang diberikan. sehingga tercapai goal saya menjadi ibu profesional kebanggan keluarga. Amin...

Berikut tugas yang diberikan pada NHW #3 kali ini,

1. Membuat surat cinta untuk suami dan lihat responnya
2. Ceritakan potensi anak
3. Lihat potensi diri
4. Ceritakan kehendak Allah mengapa kita dihadirkan ditengah keluarga kita
5. Lihat lingkungan, tantangan apa saja yang ada dilingkungan

Berikut jawaban yang saya berikan dalam NHW #3

Surat Cinta Untuk Suami

Suamiku tercinta...

Sungguh tidak ada kata yang dapat aku ucapkan selain terima kasih sebesar-besarnya sudah menjadikan ku menjadi istrimu. Ya diri ini bukanlah wanita sempurna, bukan dari keluarga yang sempurna, tapi kau mau hadir meminang diriku.

Suamiku tercinta...

Aku ingat ketika kau ucapkan janji ikrarmu dihadapan ayahku dan penghulu. Begitu mantapnyanya kau ucapkan “saya terima nikah dan kawinnya...” haru dan bahagia rasanya hati ini. Mulai hari ini kau pikul semua beban ayahku, kau ambil alih beban dari orangtua ku. Kau ambil beban berat bertanggung jawab terhadap semua dosa dari akhlak dan perilakuku, bertanggung jawab menafkahiku, bertanggung jawab terhadap perilaku anak-anakmu, dan bertanggung jawab pula terhadap orangtuamu dan orangtuaku. Terima kasih sayang...

Suamiku tercinta...

Aku ingat dikala awal pernikahan kita, betapa kita harus mengalami hubungan jarak jauh. Padang-banjarnegara memisahkan kita. Tetapi betapa pengorbananmu luar biasa dengan menyempatkan pulang menemuiku sebulan sekali tanpa memikirkan betapa lelahnya dirimu dengan perjalanan yang kau tempuh. Naik pesawat, disambung kereta, disambung bis..menempuh perjalanan jauh yang melelahkan. ah...aku tidak membayangkan betapa lelahnya dirimu saat itu. Perih, sedih dengan pertemuan yang sangat singkat kadang hanya semalam kita bertemu. Perih dan sedih dengan perpisahan saat melepasmu pergi lagi untuk waktu kembali yang entah kapan.
Terima kasih sayang...

Suamiku tercinta...

Ketika kukabari kehamilanku,,,aku lihat wajah antara takut, khawatir,,mungkin dirimu belum siap menerima kehamilanku dengan kondisi kita saling berjauhan, bahkan tanpa sanak keluarga didekatku..
Bukan hanya dirimu..bahkan akupun merasakan hal yang sama. Disini aku sendiri merasakan kehamilanku sendiri. Tanpa orangtua disisiku, tanpa dirimu, tanpa sanak saudara. Mual, pusing, aku rasakan sendiri. Kadang aku sering menangis sendiri..membayangkan dan berandai-andai...
Andai dirimu disini, tentu aku bisa diantar cek kesehatan rutin bersamamu..
Andai dirimu disini, tentu aku akan merasakan belaian dan elusan sayang mu dikala aku mual dan pusing
Andai dirimu disini, tentu kau akan membelikan makanan yang kumau..
ah,,,andai saja...
Hari demi hari...kehamilan semakin besar, semakin payah..tetapi dirimu selalu menyempatkan hadir sebisa mungkin disisiku...
Terima kasih sayang...

Suamiku tercinta...

Melihat latar belakangmu yang anak bungsu, aku pesimis apakah dirimu bisa peduli dan menyayangi anakmu. Setahuku dari cerita ibu mertua, bahkan hingga sebesar ini dirimu masih disuapi saat minum obat. Aku pesimis dengan kedewasaanmu membina keluarga kita. Tapi ternyata waktu membuktikan bahwa semua perasaanku salah. Ketika anakmu lahir,,aku lihat betapa sigap dan dewasanya dirimu. Betapa binar matamu memandang anakmu menunjukkan betapa engkau sangat penyayang. Dirimu tidak segan mengganti popok, menceboki, bahkan menggendong dan menenangkan anakmu dikala ia menangis.
Terima kasih sayang...

Suamiku tercinta...

Aku ingat ketika engkau memintaku untuk keluar kerja demi membesarkan anak kita. Kau katakan bahwa anak kita sangat membutuhkanku. Engkau memohon betapa aku benar-benar harus dirumah. Tahukah sayang? Sungguh sangat berat melepaskan semua ini. Apa yang kucapai hingga saat ini adalah pengorbanan yang luar biasa dari orangtuaku. Betapa keadaanku yang kurang baik diwaktu kecil membuatku dendam terhadap keadaan. Aku sangat berambisi untuk tidak kembali ke masa itu. Akan tetapi dirimu berhasil meyakinkan diriku dan orangtuaku..engkau menyiapkan masa pensiunku dengan sangat baik. Hingga aku dan orangtuaku dapat dengan ikhlas menerimaku keluar kerja.
Terima kasih sayang...

Suamiku tercinta...

Hari ini kita bersama,,setelah apa yang kita lalui selama beberapa tahun berpisah. Aku dirumah membesarkan dan membimbing anak kita, memenuhi semua kebutuhanmu dirumah. Dan dirimu mencari rezeki yang halal untuk kami. Sungguh aku sangat bahagia dengan kondisi kita saat ini.
Terima kasih sayang...

Suamiku tercinta...

Aku tahu sebagai seorang istri, diriku amat jauh dari sempurna. Aku yang masih suka egois, suka ngambek, suka baper..maafkan diriku sayang..
Aku pun tahu tidak ada manusia yang sempurna, sehingga aku tidak perlu menuntut apapun darimu, aku harus berusaha berbaik sangka padamu karena aku tahu bahwa dirimu pun terus menerus belajar memperbaiki diri dan kekurangan mu.

Sayang...

Amatlah berat tugas dan tanggung jawab kita sebagai orang tua,,jangan lelah ya untuk terus belajar...kita bangun bersama peradaban terbaik dari keluarga kecil kita. Kita cetak generasi emas untuk masa depan negeri yang lebih baik. Semangat ya sayangku...

Terakhir aku berdoa pada Allah,,di surat yang aku buat di bulan ramadhan ini, semoga Allah ijabah doa ini.
Suamiku,,,semoga dirimu menjadi iman terbaikku...
Suamiku,,,semoga dirimu terus semangat belajar untuk menjadi ayah teladan terbaik anak-anakmu...
Suamiku,,,semoga Allah jadikan keluarga kita sakinah mawadah warohmah...
Suamiku,,,semoga Allah memberikan kepada kita anak keturunan penyejuk hati
Sumaiku,,, Semoga Allah limpahkan rahmat dan kasih sayangNya pada keluarga kita
Suamiku,,,semoga Allah kumpulkan dirimu, diriku, keluarga kita di syurgaNya
Amin.. Allahumma Amin...

Dengan penuh cinta, istrimu tersayang...

Surat diatas saya berikan ketika suami pulang kerja, saya meletakkannya diatas baju ganti yang sudah saya siapkan diatas kasur (kebetulan kamar kami dilt 2). saya tidak melihat responnya saat membaca surat saya. Akan tetapi begitu turun saya lihat wajahnya senyum-senyum malu sambil mencubit dagu saya dan bilang terima kasih. Malamnya ga usah saya teruskan ya,,,bikin baper,,yg jelas suami saya selalu romantis setiap hari wkwkwkwk;b

Potensi anak

Saya dianugerahi seorang anak yang sekarang usianya 5,8 tahun. Namanya Absi Mahandika Zuchri yang artinya orang yang ahli Al Qur'an, berilmu, berbudi pekerti luhur putra zulchairi dan rina. Absi dari kecil saya lihat sangat cerewet. Dia bisa dengan sangat mudah menceritakan hari-hari yang dilaluinya, dia sangat suka membaca dan dibacakan buku. Absi pun sangat suka bermain musik, dia suka bernyanyi dan suka menciptakan lagu sesuai hayalannya. Akan tetapi hati absi agak sensitif, dia mudah sekali sedih apabila ada yang mengganggu perasaanya (contoh ketika dia merasa dimarahi temannya padahal dia tidak berbuat salah), terkadang saya menilai absi terlalu lembut hatinya hingga dia tidak mau melawan atau berkata bila di zolimi aka dibully. Absi mudah bergaul, dan suka tertawa paling keras diantara temannya walaupun terkadang tertawa untuk hal yg tidak lucu (klo gitu gantian bundanya yang ketawa wkwkwk)
Dari kesehariannya saya bisa mengambil beberapa kesimpulan saat ini :
  1. Absi memiliki potensi menjadi seniman
  2. Absi memiliki potensi menjadi sastrawan karena kesukaannya dibacakan buku dan menceritakan kegiatannya dengan sangat antusias dan bersemangat


Potensi diri..

Berbicara potensi diri, saya sendiri hingga dewasa ini masih belum dapat memahami potensi diri. Tetapi yang jelas saya mengenal diri saya sebagai sosok perfeksionis yang selalu bersemangat dan serius saat mengerjakan sesuatu. Sewaktu bekerja pun saya tidak tahu apakah pekerjaan yang saya lakukan adalah yang sesuai dengan bidang saya. Tetapi saya baru menyadari belakangan bahwa saya sangat menyukai hal-hal yang berkaitan dengan bidang perencanaan. Saya suka menyusun proposal proyek dan merencanakan proyek. Hal ini saya aplikasikan dalam kehidupan rumah tangga saya, saya membuat perencanaan keluarga, saya menyusun proyek harian anak, dan bahkan saya menyusun menu makanan dalam jangka waktu tertentu. Selain itu saya sangat suka membaca artikel-artikel psikologi anak. Saya betah berlama-lama duduk hanya untuk membaca psikologi anak. Bahkan saya berencana jika anak-anak saya sudah akil baligh (kurang lebih umur 15 tahun) saya berencana kuliah kembali dengan jurusan psikologi terapan. Semoga Allah meridhoi apa yang saya rencanakan. Amin.

Misi Allah melahirkan saya ditengah keluarga saya

Disini saya akan membagikan cerita saya, saya beri judul cerita saya dengan kata “DENDAM”. Ada apa dengan dendam?

Klo denger kata dendam yg terlintas dipikiran mah sesuatu yg jahat n negatif ga sih? Alhamdulillah kalo saya mah engga setelah baca pencerahan dr bunda elly risman dalam tulisannya yg berjudul "tega" ada sedikit pembahasan mengenai dendam positif hehe... Bicara soal dendam, saya dendam banget sama masa kecil dulu. Udah ortu orang ga punya, eh mosok punya anak baru satu2nya tega bener ditinggalin dijawa demi nyari sesuap nasi dijakarta (sesuap nasi bukan segenggam emas, lha wong buat makan aja rempong). Sebagai seorang anak perasaan hancur berkeping2*lebay dikit...tp emang beneran sedih,marah, campur aduk deh rasanya. Setiap saat berpisah sedih pake banget nangis berhari2...ya ada berhentinya juga sih..tp mau gimana lagi meratapi nasib. No body care about me. Itu yg ada dipikiran kecil saya. Setiap hari selalu bertanya2..knp orang lain bisa bareng sama ortunya tp aku enggak?no day without crying walaupun cuma nangis kecil n diam2. Keadaan ekonomi,lingkungan yg kurang baik membuat saya harus dititipkan disana sini. Mulai dari jawa, bekasi,jawa lagi...ga ada yg peduli perasaan saya (menurut pikiran kecil saya). Saat baru masuk smp saya benar2 dilepas mandiri dijawa. Sebagai seorang anak tentu saya menginginkan kasih sayang dan perhatian, sayangnya justru saya harus mandiri tanpa bimbingan. Saya belajar sendiri ,mencuci baju sendiri, kadang saya pun harus memasak untuk mbah, menyiapkan semua keperluan sendiri. Sebagai seorang anak yg baru lulus sd terkadang ada perasaan tidak terima, sedih, tidak nyaman. Sering baju yg saya cuci terlihat dekil dan kotor krn kurang bersih mencucinya. But no body care..saya benci keadaan ini. Hingga sma tidak ada yg membimbing saya untuk belajar...setelah lulus sma ortu saya tidak yakin bisa menguliahkan saya, berbekal tekad dan hutang saya bisa masuk kuliah, saya pun mencari2 beasiswa dan kerja sebagai asisten dosen. Alhamdulillah dengan ijin Allah akhirnya saya lulus dengan selamat. Ah..Seandainya ortu saya orang berpendidikan tentu saya akan diajarinya... Seandainya saya dibimbing tentu saya akan masuk perguruan tinggi favorit... Seandainya ortu saya mampu tentu saya tidak akan dititipkan... Seandainya..seandainya..dan seandainya lagi... Ah sudahlah..emang ini sudah takdir saya. Melihat kondisi ortu, saya bertekad menjadi orang yg berhasil...berkat doa ortu saya pun berhasil lulus kuliah, berhasil bekerja ditempat yg baik dan Alhamdulillah ekonomi membaik. Saya ingin membalas dendam terhadap semua kesusahan yg saya dan ortu alami. Sejak kerja orientasi hidup saya berubah..saya harus bisa membahagiakan ortu saya dengan cara banyak uang...*jiwa matrenya muncul wkwkwkwk. So...saya selalu menabung..berhemat..menabung..dan berhemat..hingga saya menikahpun tidak ingin ortu susah..saya pakai tabungan saya untuk biaya menikah seadanya. Semua membaik, keadaan berubah, ekonomi meningkat dan terlihat betapa bangganya ortu ke saya. But itu ga bertahan lama, suami saya meminta untuk saya fokus dirumah dan berhenti kerja. Mulailah kegalauan saya...ortu saya tidak terima ketika saya menyampaikan niat ini. Saya pusing harus mencari cara agar ortu ikhlas lahir batin. Oke..untuk menenangkan ortu saya harus punya penghasilan walaupun tidak bekerja. Penuh perjuangan saya dan suami merencanakan persiapan pensiun saya. Dengan ijin Allah..kami bisa membeli rumah yg kami kost2kan dan dengan ijin Allah juga saya bisa membuka usaha warung bakso ceria. Dengan ini saya bisa membuktikan jika saya masih punya penghasilan walaupun saya keluar kerja. Alhamdulillah ortu ikhlas meridhoi keinginan saya dan suami. Tidak mudah bagi saya juga sebenarnya melepas semua yg saya perjuangkan dari kecil, melepas semua dendam saya yg berorientasi pada duniawi. Seiring waktu berjalan Allah merubah hati dan niat saya serta semua dendam saya..sekarang saya memiliki dendam yg menurut saya jauh lebih baik. Dendam membesarkan anak saya dengan penuh cinta dan kasih. Jangan khawatir sayang anak bunda yg sholeh..bunda ga akan biarkan kamu merasakan apa yg bunda rasakan..saat kamu terbangun, kamu akan lihat senyum termanis bunda dengan pelukan hangat, setiap saat setiap waktu. Bunda akan bimbing km melangkahi setiap langkah kehidupanmu. Bunda akan dengarkan semua ceritamu..candamu..tawamu..sedihmu.. Bunda akan selalu disini, dekat denganmu. Semoga kelak engkau tumbuh dewasa dengan penuh cinta. Amin

Misi Allah menghadirkan keluarga kami dilingkungan tempat tinggal kami

Alhamdulillah sangat bersyukur saya berada dilingkungan saat ini, walaupun ini bukan lingkungan ideal yang saya bayangkan selama ini. Saya tinggal di sebuah gang dilingkungan padatnya jakarta. Tetapi Allah benar-benar mengirim kami dilingkungan yang sangat baik untuk daerah padat seperti jakarta, saya masih menemukan lingkungan seperti ini. Rumah saya seperti cluster di gang. Hanya 7 rumah dalam 1 pagar besar. Pagar besar pun sangat terbuka dengan lingkungan luar. MasyaAllahnya dari 7 rumah, 3 rumah punya anak lelaki yang sangat terpelajar, santun, dan baik perkataannya. Sungguh saya harus bersyukur dengan semua keadaan ini. Terbayar sudah perjuangan kami memiliki rumah sendiri dengan lingkungan baik walaupun dipusat kota (biasanya identik dengan lingkungan padat penduduk, dan tidak ramah anak). Hubungan saya dengan tetangga berlangsung sangat baik, saling bertegur sapa, saling berbagi. Akan tetapi saya tidak pernah berlama-lama diluar untuk mengobrol atau ngerumpi hehe...Saya juga merasa beruntung karena anak-anak di sekitar rumah saya dididik untuk paham agama. Terlihat di bulan ramadhan ini, mereka semua berpuasa, sholat di masjid setiap saat. Alhamdulillah anak saya pun tertular dan termotivasi kebaikannya. Sholat berjamaah di masjid, puasa, dsb. Ada 1 keluarga dalam lingkungan saya yang masih suka menerapkan kekerasan pada anaknya dan saya berteman di sosial media. Saya berharap dengan saya sering memposting hubungan orangtua dan anak serta ilmu-ilmu parenting semoga tetangga saya bisa membaca dan berubah menjadi lebih baik dalam mendidik dan menghadapi anak-anaknya. Amin...






Tidak ada komentar: