Bismillahirrohmaanirrohiim...
Pada
pekan ketiga ini Alhamdulillah saya berhasil menyelesaikan Nice
Homework Institut Ibu Profesional yang diberikan. Jika dilihat
semakin lama, materi yang diberikan dan tugas yang diberikan semakin
mendalam. Kita dituntut menyelami diri dan keluarga kita sendiri,
menceritakan tentang aliran rasa yang kita alami dalam keluarga. Buat
saya ini tidak mudah, akan tetapi saya bertekad untuk dapat
menyelesaikan setiap tantangan yang diberikan. sehingga tercapai goal
saya menjadi ibu profesional kebanggan keluarga. Amin...
Berikut
tugas yang diberikan pada NHW #3 kali ini,
1.
Membuat surat cinta untuk suami dan lihat responnya
2.
Ceritakan potensi anak
3.
Lihat potensi diri
4.
Ceritakan kehendak Allah mengapa kita dihadirkan ditengah keluarga
kita
5.
Lihat lingkungan, tantangan apa saja yang ada dilingkungan
Berikut
jawaban yang saya berikan dalam NHW #3
Surat
Cinta Untuk Suami
Suamiku
tercinta...
Sungguh
tidak ada kata yang dapat aku ucapkan selain terima kasih
sebesar-besarnya sudah menjadikan ku menjadi istrimu. Ya diri ini
bukanlah wanita sempurna, bukan dari keluarga yang sempurna, tapi kau
mau hadir meminang diriku.
Suamiku
tercinta...
Aku
ingat ketika kau ucapkan janji ikrarmu dihadapan ayahku dan penghulu.
Begitu mantapnyanya kau ucapkan “saya terima nikah dan kawinnya...”
haru dan bahagia rasanya hati ini. Mulai hari ini kau pikul semua
beban ayahku, kau ambil alih beban dari orangtua ku. Kau ambil beban
berat bertanggung jawab terhadap semua dosa dari akhlak dan
perilakuku, bertanggung jawab menafkahiku, bertanggung jawab terhadap
perilaku anak-anakmu, dan bertanggung jawab pula terhadap orangtuamu
dan orangtuaku. Terima kasih sayang...
Suamiku
tercinta...
Aku
ingat dikala awal pernikahan kita, betapa kita harus mengalami
hubungan jarak jauh. Padang-banjarnegara memisahkan kita. Tetapi
betapa pengorbananmu luar biasa dengan menyempatkan pulang menemuiku
sebulan sekali tanpa memikirkan betapa lelahnya dirimu dengan
perjalanan yang kau tempuh. Naik pesawat, disambung kereta, disambung
bis..menempuh perjalanan jauh yang melelahkan. ah...aku tidak
membayangkan betapa lelahnya dirimu saat itu. Perih, sedih dengan
pertemuan yang sangat singkat kadang hanya semalam kita bertemu.
Perih dan sedih dengan perpisahan saat melepasmu pergi lagi untuk
waktu kembali yang entah kapan.
Terima
kasih sayang...
Suamiku
tercinta...
Ketika
kukabari kehamilanku,,,aku lihat wajah antara takut,
khawatir,,mungkin dirimu belum siap menerima kehamilanku dengan
kondisi kita saling berjauhan, bahkan tanpa sanak keluarga
didekatku..
Bukan
hanya dirimu..bahkan akupun merasakan hal yang sama. Disini aku
sendiri merasakan kehamilanku sendiri. Tanpa orangtua disisiku, tanpa
dirimu, tanpa sanak saudara. Mual, pusing, aku rasakan sendiri.
Kadang aku sering menangis sendiri..membayangkan dan
berandai-andai...
Andai
dirimu disini, tentu aku bisa diantar cek kesehatan rutin bersamamu..
Andai
dirimu disini, tentu aku akan merasakan belaian dan elusan sayang mu
dikala aku mual dan pusing
Andai
dirimu disini, tentu kau akan membelikan makanan yang kumau..
ah,,,andai
saja...
Hari
demi hari...kehamilan semakin besar, semakin payah..tetapi dirimu
selalu menyempatkan hadir sebisa mungkin disisiku...
Terima
kasih sayang...
Suamiku
tercinta...
Melihat
latar belakangmu yang anak bungsu, aku pesimis apakah dirimu bisa
peduli dan menyayangi anakmu. Setahuku dari cerita ibu mertua, bahkan
hingga sebesar ini dirimu masih disuapi saat minum obat. Aku pesimis
dengan kedewasaanmu membina keluarga kita. Tapi ternyata waktu
membuktikan bahwa semua perasaanku salah. Ketika anakmu lahir,,aku
lihat betapa sigap dan dewasanya dirimu. Betapa binar matamu
memandang anakmu menunjukkan betapa engkau sangat penyayang. Dirimu
tidak segan mengganti popok, menceboki, bahkan menggendong dan
menenangkan anakmu dikala ia menangis.
Terima
kasih sayang...
Suamiku
tercinta...
Aku
ingat ketika engkau memintaku untuk keluar kerja demi membesarkan
anak kita. Kau katakan bahwa anak kita sangat membutuhkanku. Engkau
memohon betapa aku benar-benar harus dirumah. Tahukah sayang? Sungguh
sangat berat melepaskan semua ini. Apa yang kucapai hingga saat ini
adalah pengorbanan yang luar biasa dari orangtuaku. Betapa keadaanku
yang kurang baik diwaktu kecil membuatku dendam terhadap keadaan. Aku
sangat berambisi untuk tidak kembali ke masa itu. Akan tetapi dirimu
berhasil meyakinkan diriku dan orangtuaku..engkau menyiapkan masa
pensiunku dengan sangat baik. Hingga aku dan orangtuaku dapat dengan
ikhlas menerimaku keluar kerja.
Terima
kasih sayang...
Suamiku
tercinta...
Hari
ini kita bersama,,setelah apa yang kita lalui selama beberapa tahun
berpisah. Aku dirumah membesarkan dan membimbing anak kita, memenuhi
semua kebutuhanmu dirumah. Dan dirimu mencari rezeki yang halal untuk
kami. Sungguh aku sangat bahagia dengan kondisi kita saat ini.
Terima
kasih sayang...
Suamiku
tercinta...
Aku
tahu sebagai seorang istri, diriku amat jauh dari sempurna. Aku yang
masih suka egois, suka ngambek, suka baper..maafkan diriku sayang..
Aku
pun tahu tidak ada manusia yang sempurna, sehingga aku tidak perlu
menuntut apapun darimu, aku harus berusaha berbaik sangka padamu
karena aku tahu bahwa dirimu pun terus menerus belajar memperbaiki
diri dan kekurangan mu.
Sayang...
Amatlah
berat tugas dan tanggung jawab kita sebagai orang tua,,jangan lelah
ya untuk terus belajar...kita bangun bersama peradaban terbaik dari
keluarga kecil kita. Kita cetak generasi emas untuk masa depan negeri
yang lebih baik. Semangat ya sayangku...
Terakhir
aku berdoa pada Allah,,di surat yang aku buat di bulan ramadhan ini,
semoga Allah ijabah doa ini.
Suamiku,,,semoga
dirimu menjadi iman terbaikku...
Suamiku,,,semoga
dirimu terus semangat belajar untuk menjadi ayah teladan terbaik
anak-anakmu...
Suamiku,,,semoga
Allah jadikan keluarga kita sakinah mawadah warohmah...
Suamiku,,,semoga
Allah memberikan kepada kita anak keturunan penyejuk hati
Sumaiku,,,
Semoga Allah limpahkan rahmat dan kasih sayangNya pada keluarga kita
Suamiku,,,semoga
Allah kumpulkan dirimu, diriku, keluarga kita di syurgaNya
Amin..
Allahumma Amin...
Dengan
penuh cinta, istrimu tersayang...
Surat
diatas saya berikan ketika suami pulang kerja, saya meletakkannya
diatas baju ganti yang sudah saya siapkan diatas kasur (kebetulan
kamar kami dilt 2). saya tidak melihat responnya saat membaca surat
saya. Akan tetapi begitu turun saya lihat wajahnya senyum-senyum malu
sambil mencubit dagu saya dan bilang terima kasih. Malamnya ga usah
saya teruskan ya,,,bikin baper,,yg jelas suami saya selalu romantis
setiap hari wkwkwkwk;b
Potensi
anak
Saya
dianugerahi seorang anak yang sekarang usianya 5,8 tahun. Namanya
Absi Mahandika Zuchri yang artinya orang yang ahli Al Qur'an,
berilmu, berbudi pekerti luhur putra zulchairi dan rina. Absi dari
kecil saya lihat sangat cerewet. Dia bisa dengan sangat mudah
menceritakan hari-hari yang dilaluinya, dia sangat suka membaca dan
dibacakan buku. Absi pun sangat suka bermain musik, dia suka
bernyanyi dan suka menciptakan lagu sesuai hayalannya. Akan tetapi
hati absi agak sensitif, dia mudah sekali sedih apabila ada yang
mengganggu perasaanya (contoh ketika dia merasa dimarahi temannya
padahal dia tidak berbuat salah), terkadang saya menilai absi terlalu
lembut hatinya hingga dia tidak mau melawan atau berkata bila di
zolimi aka dibully. Absi mudah bergaul, dan suka tertawa paling keras
diantara temannya walaupun terkadang tertawa untuk hal yg tidak lucu
(klo gitu gantian bundanya yang ketawa wkwkwk)
Dari
kesehariannya saya bisa mengambil beberapa kesimpulan saat ini :
Absi
memiliki potensi menjadi seniman
Absi
memiliki potensi menjadi sastrawan karena kesukaannya dibacakan buku
dan menceritakan kegiatannya dengan sangat antusias dan bersemangat
Potensi
diri..
Berbicara
potensi diri, saya sendiri hingga dewasa ini masih belum dapat
memahami potensi diri. Tetapi yang jelas saya mengenal diri saya
sebagai sosok perfeksionis yang selalu bersemangat dan serius saat
mengerjakan sesuatu. Sewaktu bekerja pun saya tidak tahu apakah
pekerjaan yang saya lakukan adalah yang sesuai dengan bidang saya.
Tetapi saya baru menyadari belakangan bahwa saya sangat menyukai
hal-hal yang berkaitan dengan bidang perencanaan. Saya suka menyusun
proposal proyek dan merencanakan proyek. Hal ini saya aplikasikan
dalam kehidupan rumah tangga saya, saya membuat perencanaan keluarga,
saya menyusun proyek harian anak, dan bahkan saya menyusun menu
makanan dalam jangka waktu tertentu. Selain itu saya sangat suka
membaca artikel-artikel psikologi anak. Saya betah berlama-lama duduk
hanya untuk membaca psikologi anak. Bahkan saya berencana jika
anak-anak saya sudah akil baligh (kurang lebih umur 15 tahun) saya
berencana kuliah kembali dengan jurusan psikologi terapan. Semoga
Allah meridhoi apa yang saya rencanakan. Amin.
Misi
Allah melahirkan saya ditengah keluarga saya
Disini
saya akan membagikan cerita saya, saya beri judul cerita saya dengan
kata “DENDAM”. Ada apa dengan dendam?
Klo
denger kata dendam yg terlintas dipikiran mah sesuatu yg jahat n
negatif ga sih? Alhamdulillah kalo saya mah engga setelah baca
pencerahan dr bunda elly risman dalam tulisannya yg berjudul "tega"
ada sedikit pembahasan mengenai dendam positif hehe... Bicara soal
dendam, saya dendam banget sama masa kecil dulu. Udah ortu orang ga
punya, eh mosok punya anak baru satu2nya tega bener ditinggalin
dijawa demi nyari sesuap nasi dijakarta (sesuap nasi bukan segenggam
emas, lha wong buat makan aja rempong). Sebagai seorang anak perasaan
hancur berkeping2*lebay dikit...tp emang beneran sedih,marah, campur
aduk deh rasanya. Setiap saat berpisah sedih pake banget nangis
berhari2...ya ada berhentinya juga sih..tp mau gimana lagi meratapi
nasib. No body care about me. Itu yg ada dipikiran kecil saya. Setiap
hari selalu bertanya2..knp orang lain bisa bareng sama ortunya tp aku
enggak?no day without crying walaupun cuma nangis kecil n diam2.
Keadaan ekonomi,lingkungan yg kurang baik membuat saya harus
dititipkan disana sini. Mulai dari jawa, bekasi,jawa lagi...ga ada yg
peduli perasaan saya (menurut pikiran kecil saya). Saat baru masuk
smp saya benar2 dilepas mandiri dijawa. Sebagai seorang anak tentu
saya menginginkan kasih sayang dan perhatian, sayangnya justru saya
harus mandiri tanpa bimbingan. Saya belajar sendiri ,mencuci baju
sendiri, kadang saya pun harus memasak untuk mbah, menyiapkan semua
keperluan sendiri. Sebagai seorang anak yg baru lulus sd terkadang
ada perasaan tidak terima, sedih, tidak nyaman. Sering baju yg saya
cuci terlihat dekil dan kotor krn kurang bersih mencucinya. But no
body care..saya benci keadaan ini. Hingga sma tidak ada yg membimbing
saya untuk belajar...setelah lulus sma ortu saya tidak yakin bisa
menguliahkan saya, berbekal tekad dan hutang saya bisa masuk kuliah,
saya pun mencari2 beasiswa dan kerja sebagai asisten dosen.
Alhamdulillah dengan ijin Allah akhirnya saya lulus dengan selamat.
Ah..Seandainya ortu saya orang berpendidikan tentu saya akan
diajarinya... Seandainya saya dibimbing tentu saya akan masuk
perguruan tinggi favorit... Seandainya ortu saya mampu tentu saya
tidak akan dititipkan... Seandainya..seandainya..dan seandainya
lagi... Ah sudahlah..emang ini sudah takdir saya. Melihat kondisi
ortu, saya bertekad menjadi orang yg berhasil...berkat doa ortu saya
pun berhasil lulus kuliah, berhasil bekerja ditempat yg baik dan
Alhamdulillah ekonomi membaik. Saya ingin membalas dendam terhadap
semua kesusahan yg saya dan ortu alami. Sejak kerja orientasi hidup
saya berubah..saya harus bisa membahagiakan ortu saya dengan cara
banyak uang...*jiwa matrenya muncul wkwkwkwk. So...saya selalu
menabung..berhemat..menabung..dan berhemat..hingga saya menikahpun
tidak ingin ortu susah..saya pakai tabungan saya untuk biaya menikah
seadanya. Semua membaik, keadaan berubah, ekonomi meningkat dan
terlihat betapa bangganya ortu ke saya. But itu ga bertahan lama,
suami saya meminta untuk saya fokus dirumah dan berhenti kerja.
Mulailah kegalauan saya...ortu saya tidak terima ketika saya
menyampaikan niat ini. Saya pusing harus mencari cara agar ortu
ikhlas lahir batin. Oke..untuk menenangkan ortu saya harus punya
penghasilan walaupun tidak bekerja. Penuh perjuangan saya dan suami
merencanakan persiapan pensiun saya. Dengan ijin Allah..kami bisa
membeli rumah yg kami kost2kan dan dengan ijin Allah juga saya bisa
membuka usaha warung bakso ceria. Dengan ini saya bisa membuktikan
jika saya masih punya penghasilan walaupun saya keluar kerja.
Alhamdulillah ortu ikhlas meridhoi keinginan saya dan suami. Tidak
mudah bagi saya juga sebenarnya melepas semua yg saya perjuangkan
dari kecil, melepas semua dendam saya yg berorientasi pada duniawi.
Seiring waktu berjalan Allah merubah hati dan niat saya serta semua
dendam saya..sekarang saya memiliki dendam yg menurut saya jauh lebih
baik. Dendam membesarkan anak saya dengan penuh cinta dan kasih.
Jangan khawatir sayang anak bunda yg sholeh..bunda ga akan biarkan
kamu merasakan apa yg bunda rasakan..saat kamu terbangun, kamu akan
lihat senyum termanis bunda dengan pelukan hangat, setiap saat setiap
waktu. Bunda akan bimbing km melangkahi setiap langkah kehidupanmu.
Bunda akan dengarkan semua ceritamu..candamu..tawamu..sedihmu.. Bunda
akan selalu disini, dekat denganmu. Semoga kelak engkau tumbuh dewasa
dengan penuh cinta. Amin
Misi
Allah menghadirkan keluarga kami dilingkungan tempat tinggal kami
Alhamdulillah
sangat bersyukur saya berada dilingkungan saat ini, walaupun ini
bukan lingkungan ideal yang saya bayangkan selama ini. Saya tinggal
di sebuah gang dilingkungan padatnya jakarta. Tetapi Allah
benar-benar mengirim kami dilingkungan yang sangat baik untuk daerah
padat seperti jakarta, saya masih menemukan lingkungan seperti ini.
Rumah saya seperti cluster di gang. Hanya 7 rumah dalam 1 pagar
besar. Pagar besar pun sangat terbuka dengan lingkungan luar.
MasyaAllahnya dari 7 rumah, 3 rumah punya anak lelaki yang sangat
terpelajar, santun, dan baik perkataannya. Sungguh saya harus
bersyukur dengan semua keadaan ini. Terbayar sudah perjuangan kami
memiliki rumah sendiri dengan lingkungan baik walaupun dipusat kota
(biasanya identik dengan lingkungan padat penduduk, dan tidak ramah
anak). Hubungan saya dengan tetangga berlangsung sangat baik, saling
bertegur sapa, saling berbagi. Akan tetapi saya tidak pernah
berlama-lama diluar untuk mengobrol atau ngerumpi hehe...Saya juga
merasa beruntung karena anak-anak di sekitar rumah saya dididik untuk
paham agama. Terlihat di bulan ramadhan ini, mereka semua berpuasa,
sholat di masjid setiap saat. Alhamdulillah anak saya pun tertular
dan termotivasi kebaikannya. Sholat berjamaah di masjid, puasa, dsb.
Ada 1 keluarga dalam lingkungan saya yang masih suka menerapkan
kekerasan pada anaknya dan saya berteman di sosial media. Saya
berharap dengan saya sering memposting hubungan orangtua dan anak
serta ilmu-ilmu parenting semoga tetangga saya bisa membaca dan
berubah menjadi lebih baik dalam mendidik dan menghadapi
anak-anaknya. Amin...